5 Tarian Jawa Barat yang Sarat Nilai Filosofis

tarian jawa barat

Tari tradisional merupakan perwujudan budaya di suatu daerah tertentu. Sebagai negara yang terdiri dari ribuan suku yang berbeda, Indonesia diperkaya dengan lebih dari 300 tari daerah yang berasal dari berbagai daerah.

Selain sebagai perwujudan budaya, tarian merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang dilakukan dengan gerakan selaras menggunakan iringan musik. Tidak hanya menyelaraskan gerakan, tari tradisional menjadi sarana pertunjukan pakaian adat yang khas. 

Dalam suatu lingkungan masyarakat, tarian bisa berkembang dengan berbagai macam fungsi dan tujuan. Tarian tradisional umumnya terus dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. 

Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai tari tradisional Jawa Barat. Terdapat banyak sekali kekayaan budaya Indonesia. Salah satunya tari tradisional. Namun, pada kesempatan kali ini. Mari kita berfokus pada tarian Jawa Barat.

Jawa Barat memiliki banyak ragam jenis tarian. Cara paling mudah melestarikan budaya tentunya dengan mengetahui keberadaannya. 

Dalam tarian tradisional Jawa Barat terdapat banyak sekali nilai yang terkandung, seperti nilai sosial budaya hingga nilai filosofis yang terkandung dalam tariannya.

Tidak hanya itu, tari tradisional biasanya mencerminkan potret kehidupan yang ada di masyarakat, bahkan terkadang tarian dapat berisikan doa, harapan, perjuangan, serta ritual yang dilakukan oleh masyarakat daerah di masa lampau.

5 Tari Tradisional Jawa Barat Yang Kamu Perlu Ketahui

Yuk, mengenal lebih dekat budaya tarian Jawa Barat. Lima ragam tarian yang berasal dari Jawa Barat, antara lain:

Tari Jaipong

Tarian pertama yang akan aku bahas adalah tari Jaipong. Mulanya tarian ini berasal dari masyarakat Karawang, Jawa Barat. Tarian ini dimeriahkan dengan bunyi-bunyi kendang. Tari Jaipong dijadikan sebagai iringan tari pergaulan, dalam bajidoran di daerah Subang dan Karawang.

Tari jaipong dari Jawa Barat diiringi dengan musik latar yang berasal dari kendang. Mengutip kemdikbud.go.id, Jaipong dibuat oleh H Suwanda sekitar tahun 1976 di Karawang. Tarian ini menggabungkan elemen seni tradisi masyarakat Karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu, dan lain sebagainya. Tahun 1979 tarian Jaipong mengalami perubahan dari penataan, tepak kendang, komposisi lagu, dan tarian.

Tari Jaipong memiliki gerakan yang khas dan berbeda dengan tari-tari daerah lain. Lagu Jaipong memiliki bunyi yang khas dengan berbagai macam tempo, lagu dengan tempo yang pelas dan lagu dengan tempo cepat. Karena, tari Jaipong termasuk tarian yang berirama cepat dan bersemangat.

Gerakan tari Jaipong tercipta dari sejumlah unsur kesenian daerah Karawang. Tari Jaipong dimainkan dengan alat musik berupa kendang, gong, kecrek dan alat musik pendukung lainnya. 

Di bawah ini beberapa gerakan tari Jaipong:

Bukaan

Bukaan merupakan gerak yang dilakukan ketika mengawali tarian. Penari memulainya dengan memutari panggung sembari memainkan selendang yang disampirkan pada lehernya.

Pencukan

Pencukan merupakan gerakan cepat yang diiringi dengan musik bertempo cepat. Gerakan tersebut penuh semangat dan akan membawa penonton menikmatinya.

Ngala

Ngala merupakan gerak yang memiliki suatu titik pemberhentian atau patah-patah. Gerakan tersebut dilakukan dengan cepat.

Mincid

Mincid merupakan gerakan perpindahan dari satu gerak ke gerak lain. Gerakan tersebut dilakukan setelah gerakan ngala.

Tari Topeng 

Penari memakai topeng untuk aksesoris dan berfungsi menutupi wajah penari. Pemakaian topeng tersebut juga harus disesuaikan dengan karakter dan jenis tariannya. Lagu pengiring tari topeng adalah Gonjong dan Sarung Ilang. Tari topeng berkembang di daerah Cirebon, Jawa Barat. 

Mengutip laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah yang termasuk Wali Songo bergelar Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga mengembangkan tarian ini.

Mereka memakai tari topeng dan enam jenis kesenian tradisional seperti wayang kulit, gamelan, renteng, brai, angklung, reog dan berokan untuk menyebarkan agama Islam.

Terdapat 5 jenis topeng yang digunakan untuk menari, dikenal juga bernama Panca Wanda, artinya lima rupa. Panca Wanda mewakili siklus hidup manusia dari anak-anak sampai dewasa. Topeng yang dipakai bisa berbeda-beda sesuai latar cerita tarian. 

Berikut jenis topeng dalam tari topeng: 

Topeng Panji

Topeng ini memperlihatkan gerakan tari yang lemah lembut dan memiliki rupa. Topeng Panji memiliki filosofi masa anak-anak.

Topeng Samba

Topeng Samba menceritakan masa remaja. Makna filosofis tarian toping ini adalah masa hidup manusia yang lincah dan penuh rasa ingin tahu. 

Topeng Rumyang

Topeng Rumyang mewakili kehidupan manusia dewasa. Topeng yang digunakan bersemu merah menandakan kedewasaan. Gerakannya semakin mantap dan memperlihatkan kedewasaan seseorang. 

Topeng Temanggung

Topeng ini memperlihatkan masa kematangan dan mapan sempurna. Topeng Temanggung menggambarkan seseorang yang mencapai puncak kedewasaan. 

Topeng Rahwana

Topeng kelana mengacu pada cerita Ramayana, yaitu tokoh Rahwana. Karakternya mirip dengan tokoh Klana atau Rahwana dalam cerita Panji. Topeng Kelana dan Rawana diartikan sebagai tarian yang sama. Penari memakai topeng Sujana, Arja, Keni Arja dari Langit, Sutini dari Kalianyar, dan Tumus dari Kreo, yang berbeda hanya kostumnya saja.

Topeng Ronggeng Bugis

Salah satu tarian tradisional Jawa Barat yang lain adalah Ronggeng Bugis. Tarian ini berasal dari Cirebon.

Tarian ini berasal dari Cirebon. Tari Ronggeng Bugis sangatlah unik, sebab tarian ini merupakan sebuah tarian komedi. Tari Ronggeng Bugis melibatkan 12-20 penari yang berdandan dan menari seperti perempuan.

Para penari tidak terlihat cantik seperti penari pada umumnya karena mereka merias wajah sedemikian rupa dan lebih mirip dengan badut. Salah satu tujuannya adalah mengundang gelak tawa penonton.

Tarian ini dilatarbelakangi sejarah ketegangan yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati yang merupakan Raja Cirebon meminta seorang kerabat dari Bugis untuk menjadi mata-mata, pada saat itu dikenal dengan istilah “telik sandi” mengintai Kerajaan Pajajaran.

Hal tersebut menjadikan Tarian Ronggeng Bugis sendiri memiliki nama lain yakni Tari Telik Sandi. Tarian ini ditampilkan dengan iringan alat musik tradisional yang tentunya menjadi ciri khas Jawa Barat yakni Kelenang, Gong Kecil, Kendang Kecil dan juga Kecrek.

Tari Sintren

Selain menjadi tarian daerah Jawa Barat, Tari Sintren merupakan tarian tradisional dari Jawa Tengah.

Alasan Tari Sintren bisa dimiliki oleh 2 provinsi tersebut dikarenakan kesenian menyebar di sekitar wilayah pesisir utara yakni Indramayu, Cirebon, Jatibarang, Tegal, Brebes, Banyumas, Kuningan dan hingga daerah Pekalongan.

Hal lain yang menyebabkan Tari Sintren sangat sarat dengan keunikan adalah salah satu tarian mistis. Tari Sintren sendiri memiliki awal mula cerita dari kisah cinta Sulandono dan Sulasih.

Kisah cinta Sulandono dan Sulasih sangatlah rumit karena dihalangi oleh restu dari ayah Silandono yang bernama Ki Bahurekso. Pada akhirnya Sulandono pun memilih untuk menjadi petapa dan Sulasih menjadi penari.

Namun, meski terpisah, masyarakat pada masa itu sangat yakin bahwa keduanya selalu bertemu di alam ghaib.

Para perempuan yang menjadi penari dari tarian ini adalah gadis yang suci. Tarian ini pun melibatkan seorang pawang dan pengiring kendang yang berjumlah 6 orang.

Pada mulanya, penari akan masuk dalam kurungan ayam yang tertutup kain. Setelah itu pawang pun mengitarinya dan kemudian memanggil roh bidadari. Ketika pawang berhasil melakukan pemanggilan roh bidadari, maka ketika dibuka penari akan kerasukan dan mulai menari.

Tari Merak

Tari Merak merupakan seni tradisional dari Kota Bandung, Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Rd. Tjetje Somantri pada tahun 1955. Tari Merak menjadi kesenian dan sarana pendidikan khas Sunda dan menjadi warisan budaya hingga kini.

Tari Merak dikembangkan dari gaya tarian tradisional Sunda. Tarian ini memperlihatkan gerak-gerik burung merak jantan. Tari ini diiringi oleh gamelan. 

Pertama kali Tari Merak ditampilkan ketika Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Berikut gerakan koreografi Tari Merak, mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id: Ngalayang beber buntut, trisik; Ngayun soder, trisik; Kiprah merak kuncung, trisik; Keupat merak, trisik; Merak ulin, trisik; Merak ngibing sosoderan, trisik; Geleber merak mentang buntuk, trisik; Gigibrig, kokoer, trisik; Nyaliksik, bibintih, trisik.

Itulah 5 tarian tradisional dari Jawa Barat. Lalu sebetulnya seni tari ini fungsinya untuk apa sih? Kenapa kita perlu melestarikannya?

Hiburan

Tentunya fungsi seni tari yang utama adalah sebagai sarana rekreasi atau hiburan. Pada zaman dulu tidak jauh berbeda, seperti melihat kegiatan seni musik, peran, atau tarian. Dan Tarian tradisional menjadi salah satu jenis yang banyak diminati.

Komunikasi 

Tidak hanya sebagai sarana rekreasi, seni tari digunakan sebagai sarana komunikasi antar masyarakat. Salah satunya tari Jaipong yang sangat khas. Gerakan para penari ini tidak asal-asalan dan pastinya sarat makna. 

Pada zaman dulu ketika ada sebuah pementasan tari, banyak orang akan berkumpul dan berbagi informasi. Atau dalam sebuah tarian tradisional akan disisipkan beberapa informasi.

Tari tradisional juga menjadi sarana untuk menyampaikan bermacam-macam ajaran hidup atau keagamaan. Dengan dikemas dalam bentuk gerakan tari, banyak orang lebih bisa cepat memahami ajaran yang disampaikan.

Ritual Adat

Fungsi terpenting lainnya dari tarian tradisional adalah sebagai salah satu sarana ritual adat. Banyak sekali ritual adat seperti kematian, pengobatan, serta acara penting lainnya akan menggunakan tarian sebagai salah satu media.

Karena fungsi-fungsi tersebut, tarian tradisional menjadi penting untuk terus menerus dilestarikan, agar beberapa kegiatan adat tetap hidup dan berjalan dengan baik.

Gimana teman-teman, menarik banget ya ulasan tentang tari tradisional ini. Masih butuh materi belajar yang lainnya? Langsung aja cek berbagai paket belajar New Primagama Powered by Zenius dengan klik gambar di bawah ini, ya!

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *