Adaptasi Hybrid Learning dalam Model Pembelajaran

Pandemi Covid-19 ternyata tidak hanya merubah kebiasaan dan cara kita bersosialisasi. Pandemi Covid-19 juga mendorong dunia pendidikan menemukan cara atau metode baru untuk memaksimalkan potensi dalam diri seorang siswa. 

Sebelum pandemi, kita hanya mengetahui satu metode belajar. Berangkat dari rumah, datang ke kelas, duduk dari pagi hingga sore dan pulang. Kini, kemudahan teknologi telah memberikan banyak pilihan metode belajar bagi siswa. Tidak hanya dilihat dari sisi kemudahan akses, metode baru ini juga bisa disesuaikan dengan sifat atau karakteristik siswa yang mempengaruhi cara mereka belajar. 

Siswa yang memiliki kepribadian introvert pasti akan punya cara belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert. 

Di awal pandemi, kita mulai mengenal metode belajar online, e-learning atau belajar daring. Namun seiring penggunaannya, kita banyak menemukan kekurangan dalam metode ini. 

Lalu jika bukan metode belajar offline maupun metode belajar online, metode apa yang paling cocok untuk para siswa?

Di artikel kali ini, saya akan menjelaskan mengenai metode hybrid learning sebagai metode yang menggabungkan online dan offline. Dan yang terpenting, hybrid learning adalah metode yang berhasil mengambil kelebihan dari keduanya. 

Namun, sebelum mulai dengan hybrid learning adalah apa, saya akan menjelaskan beberapa kendala belajar daring yang mungkin Bapak atau Ibu sadari, atau mungkin belum sadari.

Kendala Belajar Daring

Para siswa bergembira saat mereka tidak harus bangun pagi, mandi atau bersiap-siap untuk pergi ke sekolah atau ke tempat les. Tinggal buka laptop atau gadget, kemudian klik “join” dan mereka sudah berada di kelas. 

Namun semakin lama, belajar daring membawa mereka ke arah burnout

Burnout terjadi ketika Anda merasa lelah luar biasa secara emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Saat itu Anda merasa kewalahan, terkuras secara emosional, dan tidak mampu memenuhi tuntutan.

Ini ada hubungannya dengan sifat dan karakteristik masing-masing anak. 

Misalnya, seorang siswa yang ekstrovert. Dia adalah orang yang suka berteman dan tidak tertutup serta sangat menikmati dan mencari interaksi sosial. Siswa dengan karakter ini lebih dikenal karena sifatnya yang ramah. 

Berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan menatap tutor/mentor/guru dan teman dari layar akan membuat mereka jenuh.

Bahkan ini berlaku pula bagi siswa yang introvert. Meski banyak orang menilai mereka sebagai orang yang biasanya pendiam atau cenderung introspektif dan senang menghabiskan waktu sendirian, mereka tetap membutuhkan sosialisasi dalam metode belajar. 

Saat mereka kelelahan secara emosional, ini akan mengarahkan mereka pada kehilangan rasa disiplin untuk terlibat sepenuhnya dalam pelajaran. 

Pernahkan Bapak atau Ibu memperhatikan anak-anak saat belajar daring? Apakah wajah mereka terlihat lelah? Apakah mereka tidak bisa memahami materi yang diajarkan guru bahkan untuk satu penjelasan mudah?

Ini adalah efek domino dari metode belajar daring yang PASIF. 

Kendala belajar daring ini hanya bisa dipecahkan jika tutor/mentor/guru memiliki mengembangkan sesi metode belajar daring yang lebih aktif. 

Cara seperti menerapkan kuis secara langsung akan membantu menilai pemahaman siswa secara real-time atau sesi kerja kelompok mendorong aktivitas kelompok. Sesi-sesi ini akan membantu mendorong keaktifan dan membuat siswa tetap terlibat.

Meski terdapat kendala belajar daring, tidak menutup fakta bahwa metode ini menjadi idola banyak siswa. Pertama, karena belajar daring sangat fleksibel. Kedua, belajar daring lebih terjangkau. Dan yang ketiga, metode online bisa membuka lebih banyak peluang belajar. 

Di sisi lain kekurangan online learning bisa diminimalisir dengan kelebihan offline learning. Karena metode tatap muka menekankan pada kebutuhan manusia untuk bersosialisasi. 

Lalu, kenapa tidak mengkombinasikan keduanya dan mendapatkan kelebihan metode belajar dua kali lipat?

Maka lahirlah metode hybrid learning atau metode belajar hibrida.

Berkenalan dengan Hybrid Learning 

Hybrid Learning adalah gaya belajar yang memungkinkan siswa untuk menghadiri kelas tatap muka (offline) atau kelas online dari mana saja dengan mempertimbangkan kebutuhan masing-masing siswa. 

Ini adalah gaya belajar baru yang memungkinkan siswa untuk memilih model belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Konsepnya cukup sederhana: hybrid learning memungkinkan beberapa siswa untuk menghadiri kelas secara langsung, sementara yang lain dapat bergabung dengan kelas secara online.

Lima Elemen dari Hybrid Learning

Mengutip dari Classroom.live dan Media and Learning.eu berikut ini adalah lima elemen dari hybrid learning:

1. Fleksibel

Pandemi mendorong sistem belajar ke arah yang lebih fleksibel. Orang-orang bisa saja baru bangun tidur, belum mencuci muka atau bahkan mandi namun mereka bisa langsung membuka laptop atau gadget mereka dan mengikuti kelas. 

Kemudahan ini juga berlaku pada sistem hybrid learning, pilihan belajar online dan belajar offline yang bisa siswa pilih akan lebih sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. 

Contohnya, saat siswa kelelahan untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk berangkat ke kelas tambahan yang dilaksanakan secara offline, mereka bisa dengan mudah memilih jadwal online dan tinggal menunggu di depan laptop atau gadget mereka. 

Sisi fleksibel dalam hybrid learning dapat mempercepat langkah menuju pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang lebih terpadu dan menciptakan penyesuaian yang lebih cocok untuk masing-masing individu. 

2. Komunikasi Dua Arah

Pembelajaran sistem online banyak diragukan karena keterbatasan komunikasi dan tingginya kemungkinan miss-komunikasi antara siswa dan tutor/mentor/guru pada sesi belajar. 

Tapi, hal ini tentu saja bisa diminimalisir dengan menerapkan elemen kedua dari hybrid learning yaitu komunikasi dua arah. 

Sudah saatnya tutor/mentor/guru menerima feedback dari para siswa mengenai materi pelajaran, kurikulum bahkan cara mengajar yang diterapkan. 

Pertemuan online tentu saja memiliki keuntungan menghemat waktu, di sinilah tutor/mentor/guru dapat memaksimalkan waktu tersebut untuk mengevaluasi minat, bakat, hingga kesulitan yang dimiliki masing-masing siswa. 

Sehingga tutor/mentor/guru dapat mengarahkan siswa terkait pengambilan keputusan kelas dalam sistem hybrid learning dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Dengan cara ini tutor/mentor/guru dapat merancang cara mengajar yang lebih baik dan siswa akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengasah kemampuan dalam mata pelajaran yang mereka sukai dan meminimalisir ketidaktahuan dalam mata pelajaran yang mungkin selama ini mereka hindari atau takuti. 

3. Teknologi yang Mudah Digunakan 

Elemen hybrid learning selanjutnya sebenarnya berhubungan erat dengan perkembangan dan pengetahuan teknologi siswa dan tutor/mentor/guru. 

Semakin simpel teknologi yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk memahami teknologi tersebut akan semakin sedikit. Dan sisa waktu yang ada bisa membuat sistem hybrid learning dimulai lebih cepat. 

Teknologi yang simpel juga akan membuat kuantitas siswa yang memahaminya juga semakin banyak. 

4. Bangkitkan Keterlibatan Siswa

Elemen keempat dalam penerapan hybrid learning sebenarnya juga berlaku dalam sistem pembelajaran konvensional. 

Di sekolah misalnya, tutor/mentor/guru harus bisa membangkitkan semangat siswa sehingga dapat membuatnya terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 

Nah, di sinilah kemampuan seorang tutor/mentor/guru diuji. Sebab tutor/mentor/guru yang hebat adalah mereka yang meningkatkan rasa ingin tahu dan partisipasi siswa dalam suatu mata pelajaran. 

Hybrid learning memberikan keuntungan pada tutor/mentor/guru dalam hal ini. Karena saat siswa memilih belajar tatap muka, tutor/mentor/guru dapat melakukan pendekatan langsung kepada siswa. 

Dan dengan kemudahan teknologi pada sesi online dapat tutor/mentor/guru dapat memantau perkembangan partisipasi siswa tanpa harus langsung bertemu. 

5. Berikan Transkrip Materi Pelajaran 

Karena memiliki pilihan yang bebas dalam sistem hybrid learning, siswa kadang memilih untuk mengikuti pembelajaran online. 

Agar apa yang dijelaskan tutor/mentor/guru tidak hanya sekedar masuk telinga kanan masuk telinga kiri tutor/mentor/guru dapat menerapkan elemen kelima dari hybrid learning yaitu memberikan siswa transkrip dari materi yang telah dipelajari. 

Transkrip ini akan menjadi keterangan lengkap dari apa yang tutor/mentor/guru katakan dalam sesi online dan membantu siswa mengingat materi jika setelah kelas mereka merasa ada bagian yang terlupakan. 

Tidak hanya transkrip, tutor/mentor/guru juga dapat membagikan klip dari sesi belajar. Artinya, mereka dapat menonton ulang rekaman kapan saja untuk menyegarkan kembali apa yang mereka pelajari dalam pelajaran langsung atau mengikuti kelas yang telah mereka lewatkan. 

Video rekaman akan sangat cocok bagi siswa yang memiliki karakteristik belajar kombinasi audio-visual. Mereka bisa mendengarkan penjelasan tutor/mentor/guru sekaligus memperhatikan visualisasi materi yang ada di video rekaman.

Perbedaan Hybrid dan Blended Learning

Di bagian awal artikel, saya sudah menjelaskan mengenai pengertian dan lima elemen dari hybrid learning.

Tapi pernahkan Bapak dan Ibu mendengar istilah blended learning?

Sebenarnya ada perbedaan hybrid dan blended learning, meskipun tipis. 

Pada dasarnya blended learning adalah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan dua dimensi pembelajaran utama ke dalam gaya pembelajaran kelas tatap muka (offline) dan pembelajaran online. 

Kalau dibaca sekilas, hybrid learning dan blended learning terdengar sama. Perbedaan intinya ada pada hybrid learning yang lebih memberikan kebebasan kepada siswa. 

Hybrid learning membebaskan siswa untuk menghadiri kelas secara langsung, sementara di kesempatan lain, siswa dapat bergabung dengan kelas secara online. 

Perbedaan hybrid dan blended learning lainnya terlihat dari sisi tutor/mentor/guru yang mengajar. 

Pada blended learning, tutor/mentor/guru menggabungkan instruksi tatap muka dengan aktivitas pembelajaran online. Peserta didik menyelesaikan beberapa tugas secara online dan menyelesaikan tugas yang lain secara offline (tergantung instruksi tutor/mentor/guru).

Sedangkan pada hybrid learning, tutor/mentor/guru mengajar pembelajar jarak jauh dan tatap muka secara bersamaan menggunakan teknologi seperti konferensi video.

Kedua jenis pembelajaran ini memang melibatkan campuran pembelajaran langsung dan pembelajaran online. Dengan blended learning, yang belajar baik secara offline maupun online adalah siswa (individu) yang sama.

Sedangkan dengan hybrid learning, yang belajar baik secara offline maupun online adalah siswa (individu) yang berbeda. 

Inilah keunggulan hybrid learning karena memberikan kuasa penuh terhadap siswa untuk memilih pendekatan belajar yang cocok bagi dirinya sendiri. 

Dari penjelasan tersebut, hybrid learning adalah sistem yang cocok diterapkan di tengah adaptasi baru pembelajaran setelah pandemi Covid-19. 

Ini memberikan ruang kepada siswa untuk memilih sendiri kelas yang mereka inginkan sesuai kebutuhan dan minat. Tetapi mereka tetap punya kesempatan bersosialisasi di dalam sesi tatap muka.

Hybrid Learning New Primagama

Setelah melihat beberapa metode belajar yang berkembang setelah pandemi Covid-19, adaptasi hybrid learning dalam model pembelajaran memberikan keuntungan dan fleksibilitas yang lebih bagi para tutor/mentor/guru, siswa bahkan orang tua siswa. 

Cara ini juga dapat melatih skill siswa dalam menggunakan teknologi dalam setiap kesempatan belajar. Mereka bisa menggunakan alat atau aplikasi selama sesi online namun tetap memiliki hubungan sosial secara langsung bersama tutor/mentor/guru dan teman-temannya saat sesi offline. Keseimbangan tercipta dari metode hybrid learning. 

Mempertimbangkan itu semua, Zenius bersama Primagama meluncurkan Hybrid Learning New Primagama. 

Hybrid learning yang diusung New Primagama ini dilengkapi dengan personalisasi data belajar, metode Two-Teacher Model, dan sesi-sesi fasilitasi dari tutor terbaik. 

Ini akan menepis kekhawatiran para orang tua terkait kendala belajar daring yang membuat anak-anak mereka minim diperhatikan tutor/mentor/guru. 

Personalisasi data belajar adalah diagnosis kebutuhan secara berkala untuk mencapai target setiap tingkat kelas dalam setiap individu siswa. Karena masing-masing siswa memiliki kekurangan, kelebihan, minat dan bakatnya masing-masing maka metode satu siswa dengan siswa yang lainnya akan berbeda.

Sedangkan metode Two-Teachers Model adalah metode hybrid learning New Primagama yang berfokus pada kualitas dari setiap sesi-sesi pembelajaran dari tutor-tutor terbaik. Metode ini juga akan berfokus pada penerapan mixed practice, dengan memberikan lebih banyak latihan soal.

Sesi fasilitasi adalah sesi konsultasi dan coaching yang dilakukan oleh tutor/mentor/guru dari New Primagama yang telah terlatih untuk mengarahkan siswa dalam setiap proses belajarnya.

Hybrid Learning New Primagama yang menggabungkan kekuatan dari sistem pembelajaran tatap muka (offline) dan pembelajaran jarak jauh (online) atau metode mixed practice ini akan memberikan pilihan belajar yang lebih fleksibel kepada siswa.

Mereka bisa belajar offline dengan banyak latihan soal di seluruh cabang Primagama, sedangkan belajar online akan terintegrasi langsung melalui fitur aplikasi Zenius yang dapat diakses siswa kapan saja, di mana saja. 

Ini seperti belajar dan mendapatkan keuntungan di dua tempat bimbel yang berbeda (2 in 1) dengan kebebasan waktu dan tempat belajar.

Hybrid Learning New Primagama juga mempertimbangkan karakteristik siswa dari berbagai tingkatan. Karena perlakuan hingga tujuan belajar siswa dari berbagai tingkatan kelas akan berbeda. 

Program New Primagama tersedia dalam 4 tingkatan kelas, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga alumni dan dapat menjangkau seluruh siswa di Indonesia karena tersedia di ~216 cabang Primagama di seluruh Indonesia.

  • Program New Primagama untuk kelas 3-6 SD
  • Program New Primagama untuk kelas 7-9 SMP
  • Program New Primagama untuk kelas 10-11 SMA
  • Program New Primagama untuk kelas 12 SMA dan Alumni

Jika Bapak dan Ibu tertarik untuk memberikan pengalaman belajar terbaik kepada putra-putri Anda melalui metode belajar Hybrid Learning New Primagama, Anda dapat langsung mengunduh aplikasi Zenius di Google Play dan App Store untuk pendaftaran lebih lanjut atau klik gambar di bawah ini.

biaya bimbel primagama

Artikel Terkait

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *